Berkenalan dengan Komunitas Muslimah Aceh Fillah
aceh.my.id –
Perkenalan
awal tim aceh.my.id dengan komunitas
ini, bermula dari salah satu profil Instagram anggota Muslimah Aceh Fillah (MAF)
yang mencantumkan akun instragram komunitas ini di bionya. Secara reflex karena
memiliki rasa ingin tau yang tinggi salah satu tim kami langsung melakukan stalking akun instagram
@muslimahacehfillah
Sebuah hal unik kami lihat di akun tersebut yang menimbulkan rasa penasaran semakin menjadi adalah sekumpulan wanita bercadar, Hal ini sangat unik bagi kami pribadi. Sampai akhirnya tim aceh.my.id mencoba meminta izin untuk mengangkat profil komunitas ini, dan melakukan wawancara secara ekskusif melalui media whatsapp langsung ke founder komunitas MAF ini.
Sebuah hal unik kami lihat di akun tersebut yang menimbulkan rasa penasaran semakin menjadi adalah sekumpulan wanita bercadar, Hal ini sangat unik bagi kami pribadi. Sampai akhirnya tim aceh.my.id mencoba meminta izin untuk mengangkat profil komunitas ini, dan melakukan wawancara secara ekskusif melalui media whatsapp langsung ke founder komunitas MAF ini.
intagram/@muslimahacehfillah
Landasan penting mengapa kami merasa bahwa komunitas ini layak
diapresiasi adalah, dimuai dari Aceh sebagai daerah syariat Islam, tentunya
sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Sejak awal kemerdekaan Indonesia,
Pemerintah telah berjaji akan memberikan kebebasan untuk Aceh mengurus diri
sendiri termasuk pelaksanaan syariat islam. Namun dasar hukum pelaksanaan
syariat islam di Aceh baru tercantum di UU no 44 tahun 1999 dan UU no 18 tahun
2001.
Sangat wajar tentunya jika Aceh mendapatkan keistimewaan untuk menjalankan syariat Islam secara kaffah, Masyarakat Aceh yang notabennya mayoritas muslim akan amat sangat sesuai dengan aturan Islam yang diberlakukan.
Namun sayang beribu sayang, ketika di suatu masa ada segelitir orang yang menerapkan hukum islam hanya karena ikut dan takut, ikut menjalankan aturan daerah dan takut melanggar aturan daerah, sehingga menimbulkan banyak kekeliruan dan menjalankan perintah agama. Hal yang paling menonjol bisa dilihat dari segi berpakaian, gaya hidup, dan polarisasi aktifitas anak muda yang mulai menjauh dari kegiatan keagamaan.
Tanpaknya semua hal tersebut, berbanding terbalik dengan komunitas MAF ini, yang bisa dibilang sangat unik. Mereka mencoba bergerak secara bersama-sama untuk menjalankan syariat islam secara kaffah. Mereka terdiri dari sekumpulan muslimah muda Aceh yang benar-benar ingin belajar dan menjalankan Islam dengan sebenar-benarnya islam. Mulai dari cara berpakaian hingga aktifitas yang dilakukan semua berpedoman kepada syariat islam yang ada. Sekilas info, walaupun pada paragraf awal kami mengatakan bahwa yang unik dari komunitas ini adalah cadar, namun sama sekali tidak ada tuntutan wajib bagi anggotanya untuk bercadar.
Komunitas ini didirikan pada 12 November 2017, masih sangat muda tentunya sama seperti para pendirinya yang tidak kalah mudah, yaitu tiga orang mahasiswi Aceh, dan satu orang guru muda yaitu Nurahmati marzuki, Mutya Azwar,Putri Ramadhaniah , Rofilatunisa. Mulai dari nama komunitas ini mungkin kita sudah bisa membaca dan mengidentifikasi bahwa komunitas ini diperuntukan bagi para wanita muslimah Aceh.
Latar belakang komunitas ini
Sangat wajar tentunya jika Aceh mendapatkan keistimewaan untuk menjalankan syariat Islam secara kaffah, Masyarakat Aceh yang notabennya mayoritas muslim akan amat sangat sesuai dengan aturan Islam yang diberlakukan.
Namun sayang beribu sayang, ketika di suatu masa ada segelitir orang yang menerapkan hukum islam hanya karena ikut dan takut, ikut menjalankan aturan daerah dan takut melanggar aturan daerah, sehingga menimbulkan banyak kekeliruan dan menjalankan perintah agama. Hal yang paling menonjol bisa dilihat dari segi berpakaian, gaya hidup, dan polarisasi aktifitas anak muda yang mulai menjauh dari kegiatan keagamaan.
Tanpaknya semua hal tersebut, berbanding terbalik dengan komunitas MAF ini, yang bisa dibilang sangat unik. Mereka mencoba bergerak secara bersama-sama untuk menjalankan syariat islam secara kaffah. Mereka terdiri dari sekumpulan muslimah muda Aceh yang benar-benar ingin belajar dan menjalankan Islam dengan sebenar-benarnya islam. Mulai dari cara berpakaian hingga aktifitas yang dilakukan semua berpedoman kepada syariat islam yang ada. Sekilas info, walaupun pada paragraf awal kami mengatakan bahwa yang unik dari komunitas ini adalah cadar, namun sama sekali tidak ada tuntutan wajib bagi anggotanya untuk bercadar.
Komunitas ini didirikan pada 12 November 2017, masih sangat muda tentunya sama seperti para pendirinya yang tidak kalah mudah, yaitu tiga orang mahasiswi Aceh, dan satu orang guru muda yaitu Nurahmati marzuki, Mutya Azwar,Putri Ramadhaniah , Rofilatunisa. Mulai dari nama komunitas ini mungkin kita sudah bisa membaca dan mengidentifikasi bahwa komunitas ini diperuntukan bagi para wanita muslimah Aceh.
Latar belakang komunitas ini
Ketika ditanyakan hal apa yang melatarbelakangi pembentukan komunitas
ini, Nurahmati marzuki salah satu founder mengatakan bahwa Muslimah Aceh Fillah
ingin menjadi wadah positif bagi muslimah Aceh untuk bisa berkumpul, belajar
dan berbagi segala hal yang berkaitan dengan Islam.
“Permasalahan yang terjadi adalah ketika melihat keseharian para pemuda-pemudi Aceh saat ini lebih banyak mengikuti trend dan mode” ujar ema sapaan akrabnya. Selanjutnya ia menambahkan “Umunya mereka mengikuti suatu hal yang dianggap baik, padahal belum tentu yang dianggap baik itu benar. Salah satunya seperti dalam hal berpakaian. Kita keseringan membenarkan hal yang sudah biasa, padahal seharusnya biaskanlah hal yang benar. Intinya adalah ingin menetralisir hal-hal buruk yang sering dilakukan oleh para perempuan.”
Aktivitas dan Jumlah Anggota Komunitas ini
Sedangkan untuk jumlah anggota komunitas Muslimah Aceh Fillah hingga saat ini, jika dilihat di grub whatsapp sudah mencapai 747 orang. “Ada 3 grub yang jumlahnya anggotanya terdiri dari masing-masings 251 anggota, 252 anggota, 244 anggota, yang jika digabungkan total keseluruhan mencapai 747” ungkap ema. “Domisili para muslimah anggota MAF juga beragam, mulai dari kota Lhoksemawe, Kuala Simpang, Langsa, Bereun, Aceh Timur, Aceh Selatan, Nagan Raya, dan juga Banda Aceh.” Tambahnya.
Ada beragam aktiftas rutin yang dilakukan komunitas ini seperti kajian rutin, setiap hari minggu ba’da zuhur. Kemudian juga ada aktifitas sosial seperti terjun langsung ke ulee lung (daerah mata ‘ie) untuk membimbing, mengajarkan, membantu mengerjakan tugas sekolah adik-adik yang ada disana tanpa memungut biaya. Juga termasuk memberi semangat belajar kepada mereka. “Tidak hanya agama, namun kami mencoba untuk bisa balance” ujarnya
Kegiatan sosial lainnya yang juga dilakukan oleh komunitas ini adalah seperi ikut mengambil bagian di Hijab Day, Penolakan hal-hal tidak baik seperti LGBT, kemudian juga ada bagi-bagi takjil, bagi-bagi nasi kotak ke para pemulung “Insya Allah, maksudnya bukan untuk ria, namun memang keseringan komunitas kami turun ke lapangan langsung” lanjut ema
“Permasalahan yang terjadi adalah ketika melihat keseharian para pemuda-pemudi Aceh saat ini lebih banyak mengikuti trend dan mode” ujar ema sapaan akrabnya. Selanjutnya ia menambahkan “Umunya mereka mengikuti suatu hal yang dianggap baik, padahal belum tentu yang dianggap baik itu benar. Salah satunya seperti dalam hal berpakaian. Kita keseringan membenarkan hal yang sudah biasa, padahal seharusnya biaskanlah hal yang benar. Intinya adalah ingin menetralisir hal-hal buruk yang sering dilakukan oleh para perempuan.”
Aktivitas dan Jumlah Anggota Komunitas ini
Sedangkan untuk jumlah anggota komunitas Muslimah Aceh Fillah hingga saat ini, jika dilihat di grub whatsapp sudah mencapai 747 orang. “Ada 3 grub yang jumlahnya anggotanya terdiri dari masing-masings 251 anggota, 252 anggota, 244 anggota, yang jika digabungkan total keseluruhan mencapai 747” ungkap ema. “Domisili para muslimah anggota MAF juga beragam, mulai dari kota Lhoksemawe, Kuala Simpang, Langsa, Bereun, Aceh Timur, Aceh Selatan, Nagan Raya, dan juga Banda Aceh.” Tambahnya.
Ada beragam aktiftas rutin yang dilakukan komunitas ini seperti kajian rutin, setiap hari minggu ba’da zuhur. Kemudian juga ada aktifitas sosial seperti terjun langsung ke ulee lung (daerah mata ‘ie) untuk membimbing, mengajarkan, membantu mengerjakan tugas sekolah adik-adik yang ada disana tanpa memungut biaya. Juga termasuk memberi semangat belajar kepada mereka. “Tidak hanya agama, namun kami mencoba untuk bisa balance” ujarnya
Kegiatan sosial lainnya yang juga dilakukan oleh komunitas ini adalah seperi ikut mengambil bagian di Hijab Day, Penolakan hal-hal tidak baik seperti LGBT, kemudian juga ada bagi-bagi takjil, bagi-bagi nasi kotak ke para pemulung “Insya Allah, maksudnya bukan untuk ria, namun memang keseringan komunitas kami turun ke lapangan langsung” lanjut ema
Beragam Kisah Menarik
Saat di tanya terkait kisah menarik dalam komunitas ini, ema menceritakan Ketika pertama kali berjumpa hanya ada 12 orang, setelah perjumpaan pertama tersebut, kami semakin sering membuat sharing, membahas berbagai hal seperti kapan hijrah, kenapa hijrah, hingga kenapa memilih untuk hijrah.
“Disana ada banyak sekali jawaban yang berangam mulai dari hijrah karena baru diputusin pacar sehingga memilih untuk menjadi lebih baik sehingga hijrah, Juga ada yang setelah merenugi untuk apa sih hidup ini, langsung memilih hijrah, dan juga karena sudah merasa dewasa.” Cerita ema
Cerita lain yang ada di komunitas ini adalah pada awal sebelum terbentuk aturan dan struktur dari komunitas, sering terjadi perdebatan di grub. “Namun dari situlah kita paham bahwa manusia beragam dan tidak sama. Kita yang tidak sependapat dengan orang lain harus bisa saling menghargai pendapat dan opini orang lain. Salah satu caranya jangan emosional. Jangan sampai karena perdebatan bisa membubarkana komunitas” Ungkap ema.
Komunitas Muslimah Aceh Fillah mencoba mendakwah dengan tren mode zaman sekarang, yaitu ala zaman now, dengan pemanfaatn sosial media dan pendekatan emosional yang baik “Tentunya metode dakwah ini mengharuskan kita bisa mengetahui psikologi target, Jangan mengajak dengan pemaksaan, tidak bisa instan, semua butuh proses. Orang yang ingin syiar harus sabar” ujarnya
Saat di tanya terkait kisah menarik dalam komunitas ini, ema menceritakan Ketika pertama kali berjumpa hanya ada 12 orang, setelah perjumpaan pertama tersebut, kami semakin sering membuat sharing, membahas berbagai hal seperti kapan hijrah, kenapa hijrah, hingga kenapa memilih untuk hijrah.
“Disana ada banyak sekali jawaban yang berangam mulai dari hijrah karena baru diputusin pacar sehingga memilih untuk menjadi lebih baik sehingga hijrah, Juga ada yang setelah merenugi untuk apa sih hidup ini, langsung memilih hijrah, dan juga karena sudah merasa dewasa.” Cerita ema
Cerita lain yang ada di komunitas ini adalah pada awal sebelum terbentuk aturan dan struktur dari komunitas, sering terjadi perdebatan di grub. “Namun dari situlah kita paham bahwa manusia beragam dan tidak sama. Kita yang tidak sependapat dengan orang lain harus bisa saling menghargai pendapat dan opini orang lain. Salah satu caranya jangan emosional. Jangan sampai karena perdebatan bisa membubarkana komunitas” Ungkap ema.
Komunitas Muslimah Aceh Fillah mencoba mendakwah dengan tren mode zaman sekarang, yaitu ala zaman now, dengan pemanfaatn sosial media dan pendekatan emosional yang baik “Tentunya metode dakwah ini mengharuskan kita bisa mengetahui psikologi target, Jangan mengajak dengan pemaksaan, tidak bisa instan, semua butuh proses. Orang yang ingin syiar harus sabar” ujarnya
Dampak bagi anggota dan Harapannya
kedepan
“Harapannya semua perempuan, khususnya di Aceh bisa membumikan pakaian syar’i, jangan malu berpakaian syar’i, walau dibilang seperti ibu-ibu, toh para perempuan nantinya juga akan menjadi ibu. Yakinlah bahwa pakaian syar’i tidak membuat akan membuat kolot, biarkan aurat kita tertutup yang jangan sampai tertutup itu adalah pikirian kita” Saat ditanya terkait harapan MAF kedepannya.
Sedangkan untuk dampak bagi anggota setelah bergabung dengan komunitas ini yang paling terlihat adalah dari segi berpakaian, yang pada awalnya masih sangat beragam, karena komunitas ini sebagai wadah tidak ada saling menjudge diantara anggota komunitas.
Ema menyebutkan “kami tidak ada saling menjudge antara anggota, apa itu masih menggunakan jeans, baju ketat dan lain-lain dalam segi berpakaian semua diterima di komunitas ini, namun kita coba beritaukan dan beri inspirasi, kita saling merangkul, menasehati satu dan lainnya, untuk bisa berpakaian yang syar’I sesuai tuntunan agama.”
Hal yang umumnya membuat anggota MAF berubah secara bengangsur adalah karena komunitas dan anggota MAF tidak akan membeda-bedakan teman-teman yg sudah hijrah dan belum. “Dampaknya terlihat pada kajian yang awalnya sepi sekarang mulai ramai, Kemudian juga tampak pada pola berbicara para anggota, yang dulu kasar sekarang lebih tercontrol dan terkondisikan. Pola gaya hidup juga tanpak berubah, yang dulu suka nonkrong di café sekarang sudah tidak.”
Tim aceh.my.id juga sempat menanyakan prosedur untuk masuk menjadi anggota komunitas ini, ternyata sangat mudah, pertama langsung dm instagram @muslimahacehfillah, nanti pihak admin akan menanyakan beberapa pertanyaan, termasuk domisili, untuk dihubungkan dengan grub komunitas MAF yang sesuai atau terdekat dari domisili.
Saat ini MAF sudah masuk ke tahap pengurusan izin untuk proses legalitas sekret, dan juga agar memiliki badan hukum tetap, sehingga akan lebih mudah ketika akan menyelenggar beragam kegiatan.
“Harapannya semua perempuan, khususnya di Aceh bisa membumikan pakaian syar’i, jangan malu berpakaian syar’i, walau dibilang seperti ibu-ibu, toh para perempuan nantinya juga akan menjadi ibu. Yakinlah bahwa pakaian syar’i tidak membuat akan membuat kolot, biarkan aurat kita tertutup yang jangan sampai tertutup itu adalah pikirian kita” Saat ditanya terkait harapan MAF kedepannya.
Sedangkan untuk dampak bagi anggota setelah bergabung dengan komunitas ini yang paling terlihat adalah dari segi berpakaian, yang pada awalnya masih sangat beragam, karena komunitas ini sebagai wadah tidak ada saling menjudge diantara anggota komunitas.
Ema menyebutkan “kami tidak ada saling menjudge antara anggota, apa itu masih menggunakan jeans, baju ketat dan lain-lain dalam segi berpakaian semua diterima di komunitas ini, namun kita coba beritaukan dan beri inspirasi, kita saling merangkul, menasehati satu dan lainnya, untuk bisa berpakaian yang syar’I sesuai tuntunan agama.”
Hal yang umumnya membuat anggota MAF berubah secara bengangsur adalah karena komunitas dan anggota MAF tidak akan membeda-bedakan teman-teman yg sudah hijrah dan belum. “Dampaknya terlihat pada kajian yang awalnya sepi sekarang mulai ramai, Kemudian juga tampak pada pola berbicara para anggota, yang dulu kasar sekarang lebih tercontrol dan terkondisikan. Pola gaya hidup juga tanpak berubah, yang dulu suka nonkrong di café sekarang sudah tidak.”
Tim aceh.my.id juga sempat menanyakan prosedur untuk masuk menjadi anggota komunitas ini, ternyata sangat mudah, pertama langsung dm instagram @muslimahacehfillah, nanti pihak admin akan menanyakan beberapa pertanyaan, termasuk domisili, untuk dihubungkan dengan grub komunitas MAF yang sesuai atau terdekat dari domisili.
Saat ini MAF sudah masuk ke tahap pengurusan izin untuk proses legalitas sekret, dan juga agar memiliki badan hukum tetap, sehingga akan lebih mudah ketika akan menyelenggar beragam kegiatan.
Harapan Komunitas MAF
“Harapannya komunitas ini bisa lebih baik, dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat Aceh, juga sangat diharapkan jangan asal menjudge dan mencurigai ketika ada sekelopok orang menggunakan cadar, sehingga menanyakan ikut aliran apa dan sebagainya.” Tutup ema.
Leave a Comment