Bahasa Aceh dari Vietnam ? atau Sebaliknya
aceh.my.id - Bahasa
Aceh merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Aceh.
Berdasarkan pemetaan bahasa yang dilakukan sejak tahun 2008 oleh Balai Bahasa
Banda Aceh, dapat diketahui bahwa bahasa daerah yang ada di Provinsi Aceh
sekitar 8 bahasa. jumlah penutur bahasa Aceh di wilayah pantai barat Aceh juga
tidak kalah banyaknya. Mulai dari Lhoong sampai dengan Blang Pidie. Oleh karena
itu, wajar jika bahasa Aceh mendominasi di dalam pemerolehan bahasa masyarakat
di Aceh.
Secara
struktural bahasa Aceh memiliki banyak keunikan. Salah satunya pada aspek
fonologi atau bunyi bahasa. Keunikan lain pada aspek kosakata. Bahasa Aceh
memiliki kosakata dengan suku kata yang pada umumnya terdiri atas satu sampai
dengan dua suku kata. Singkatnya, kosakata bahasa Aceh terlihat begitu simpel
alias sederhana, contoh ie untuk ‘air’; bu bermakna ‘nasi’; u artinya ‘kelapa’,
dan masih banyak lagi hal-hal yang menunjukkan kecenderungan seperti itu.
Beberapa
pendapat yang bersifat plesetan umum diketahui oleh masyarakat yang
memplesetkan ACEH dengan Arab, Cina, Eropa, dan Hindia (India). Lalu Benarkah
demikian? Perlu diketahui bahwa sebuah bahasa tidak dapat selamanya otonom atau
mandiri dalam hal kosakatanya. Tentu ia akan menyerap atau meminjam
istilah/kosakata dari bahasa lain. Tampaknya hal ini yang menjadi argumen
pendapat ini. Memang, di dalam bahasa Aceh dapat kita temukan kosakata bahasa
Arab, misalnya kata sikin yang mempunyai makna ‘pisau’. Kata sikin dengan makna
yang sama juga ada di dalam bahasa Arab.
Namun
pembuktian secara ilmiah perlu dilakukan terutama untuk menghitung persentase
kosakata bahasa Arab yang ada di dalam bahasa Aceh. Hal serupa juga untuk kata
get yang berarti ‘baik’ dalam bahasa Aceh. Sebagian orang lalu berpendapat
bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Inggris karena memiliki korelasi dengan
kata good yang juga berarti ‘baik’. Hal-hal seperti itu hampir pasti terjadi
pada setiap bahasa daerah. Apalagi perbedaan budaya yang lalu menyebabkan
peminjaman kosakata dari budaya lain di sebuah penutur bahasa yang berbeda
Bahasa
Aceh termasuk jenis Austronesia, bahasa Cina termasuk jenis bahasa Sino Tibet,
sementara bahasa Arab termasuk jenis Afro Asiatik/ Semit; bahasa Inggris termasuk
jenis Indo Eropa, dan bahasa India termasuk jenis Dravida. Jelas bahwa setiap
bahasa yang diplesetkan tadi memiliki perbedaan rumpun. Oleh karena itu, sangat
mustahil apabila menjadikan keempat wilayah (Arab, Cina, Eropa, Hindia) sebagai
negeri asal bahasa Aceh.
Pendapat
yang agak ilmiah tentang negeri asal bahasa Aceh mengatakan bahwa bahasa Aceh
berasal dari Kerajaan Campa, yang saat ini masuk dalam wilayah negara Vietnam.
Pendapat ini didasarkan atas kesamaan kosakata di antara bahasa Aceh dengan bahasa
di Kerajaan Campa tersebut. Pendapat ini ditulis dalam sebuah buku dengan
penjelasan pada sisi ilmiah yang sangat terbatas. Salah satu sisi yang
disebutkan di dalam buku tersebut mengenai sisi historis. Dimungkinkan bahwa
dahulu terjadi proses migrasi penduduk dari Kerajaan Campa di Vietnam tersebut
yang akhirnya mereka sampai di semenanjung Sumatera, yaitu di Aceh saat ini.
Pendapat kedua ini perlu pembuktian
lebih lanjut. Pembuktian tersebut untuk menguji dugaan sementara (hipotesis) tentang
benar tidaknya kosakata bahasa Aceh memiliki banyak kemiripan dengan kosakata
di Kerajaan Campa, Vietnam tersebut. Pengujian tersebut akan lebih sahih
apabila menggunakan metode ilmiah.
Linguistik
atau ilmu bahasa memiliki salah satu bidang terapan yaitu Linguistik Bandingan.
Linguistik bandingan terbagi ke dalam dua jenis yaitu Linguistik Historis
Komparatif dan Linguistik Historis Tipologis. Pendapat tentang hubungan
kekerabatan bahasa Aceh dengan bahasa di Kerajaan Campa, Vietnam, dapat
ditelusuri dengan melakukan perbandingan kosakata.
Saat
ini yang paling populer untuk melakukan perbandingan yaitu berupa daftar
kosakata dasar. Kosakata dasar yang sering digunakan untuk perbandingan bahasa
yaitu 800 kosakata dasar yang dibuat oleh seorang bernama Swadesh. Kosakata
dasar ini meliputi berbagai ranah, misalnya pertanian, nelayan, atau
peralatan-peralatan yang mencakup bidang tertentu. Bidang nelayan misalnya,
perbandingan dilakukan terhadap nama-nama ikan atau nama-nama kapal nelayan
beserta alat tangkap yang biasa digunakan oleh mereka. Masih banyak ranah lain
tentang bahan untuk perbandingan bahasa yang terdapat di dalam daftar 800
kosakata dasar tersebut.
Sayangnya,
sampai saat ini hal tersebut belum dilakukan secara komprehensif.
Apabila
secara ilmiah perbandingan bahasa telah dilakukan, langkah selanjutnya dapat
dilakukan dengan mencari aspek histori terjadinya kekerabatan tersebut.
Artinya, migrasi penduduk yang terjadi pada masa lalu harus dirunut sejarahnya.
Apakah migrasi dari Vietnam ke Aceh? Atau sebaliknya. Dukungan penelitian pada
aspek historis ini akan semakin menguatkan adanya gerak perpindahan penduduk
beserta bahasanya dari satu wilayah ke wilayah yang berbeda. Apabila hal ini ke
depan dilakukan secara konsisten, bukan tidak mungkin kita akan segera tahu
tentang negeri asal bahasa Aceh. Langkah selanjutnya adalah menentukan dialek
standar bahasa Aceh. Yang manakah dialek bahasa Aceh yang dianggap
representatif alias mewakili dialek yang ada?
Leave a Comment